Demikian juga beberapa kajian atau
pertemuan ilmiah yang membahas ruqyah masih terbatas membahas metode ruqyah
untuk mengusir jin. Biasanya dibahas juga dalam kajian atau pertemuan ilmiah tersebut masalah ruqyah syar’iyyah dan ruqyah
syirkiyyah. Jarang dibahas penggunaan ruqyah untuk penyembuhan lebih luas dan
ilmiah. Pembahasannya biasanya lebih bersifat fiqhiyyah dari pada
ilmiah. Pembahasan yang bersifat fiqhiyyah tidak berarti jelek, tetap bagus,
tetapi jika tidak disertai penjelasan yang bersifat ilmiah metode ruqyah kurang
dikomunikasikan dengan metode kesehatan lainnya yang bersifat ilmiah. Padahal ,menurut
penulis, terapi ruqyah merupakan bagian integral dari kedokteran holistik
yang sekarang dikembangkan di dunia kedokteran.
Dasar-dasar
Terapi Ruqyah
Dasar-dasar terapi ruqyah terdapat
di dalam Al Qur’an maupun As Sunnah. Dasar-dasar tersebut antara lain:
Di dalam Surat Al Israa’ ayat 82
Allah berfirman:
وَنُنَزِّلُ
مِنَ الْقُرْآنِ مَاهُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَيَزِيْدُ
الظَّالِمِيْنَ اِلاَّ خَسَاراً (الاسراء: 82).
Dan Kami turunkan Al-Qur’an menjadi
obat penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Qur’an itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian (S. Al-Israa’:
82).
Di dalam beberapa Hadis disebutkan:
عَنْ
عَلِيِّ بْنِ اَبِى طَالِبٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ "خَيْرُ الدَّوَاءِ القُرْآنُ (رواه ابن ماجه).
Dari Ali bin Abi Thalib , ia
berkata: Rasulullah SAW. bersabda: “Sebaik-baik pengobatan adalah (dengan)
Al-Qur’an.” (H. R. Ibnu Majah).
عَنْ
اَبِى حُزَامَةٍ قَالَ: قُلْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ اَرَاَيْتَ رُقًّى
نَسْتَرْقِيْهَا وَدَوَاءً نَتَدَاواى بِهِ وَتُقَاةً نَتَّقِيْهَا. هَلْ تَرُدُّ
مِنْ قَدْرِاللهِ شَيْئاً فَقَالَ هِىَ
مِنْ قَدَرِ اللهِ (رواه احمد والترمذى).
Dari Abi
Khuzamah, ia berkata: Aku berkata: Ya Rasulullah! Bagaimana pendapatmu tentang
melafazkan kata-kata doa untuk memohon kesembuhan (ruqyah), kami bacakan ruqyyah
itu dan tentang obat yang kami pergunakan untuk mengobati penyakit serta
tentang kata-kata doa untuk mohon perlindungan/pemeliharaan (taqiyyah), lalu
kami bacakan taqiyyah itu? Tidaklah hal itu berarti menolak taqdir (ketentuan)
Allah? Maka Nabi SAW menjawab: Hal itu juga termasuk taqdir Allah (H. R. Ahmad
dan Turmudzi).
عَنْ
اَبِى الدَّرْدَاءِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُوْلُ: مَنِ اشْتَكَى مِنْكُمْ شَيْئاً اَوِ اشْتَكَاهُ اَخٌ لَهُ
فَلْيَقُلْ: رَبَّنَااللهَ الَّذِىْ فِى السَّمَآءِ تَقَدَّسَ اسْمُكَ وَاَمْرُكَ فِىالسَّمَآءِ
وَاْلاَرْضِ كَمَارَحْمَتُكَ فِى السَّمَآءِ فَاجْعَلْ رَحْمَتَكَ فِىاْلاَرْضِ
وَاغْفِرْلَنَاذُنُوْبَنَاوَخَطَايَانَا اَنْتَ رَبُّ الطَّيِّبِيْنَ اَنْزِلْ
رَحْمَةً مِنْ عِنْدِكَ وَشِفَاءً مِنْ شِفَاعِكَ عَلَى هذَ الْوَجْعِ فَيَبْرَأَ
بِاِذْنِ اللهِ (رواه ابوداود).
Dari Abi
Dardaa’, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda: Barangsiapa di
antara kamu mengadukan (kepada Allah) tentang sesuatu atau saudaranya yang
mengadukan (kepada Allah) tentang
sesuatu (penyakit), maka hendaklah dia
mengucapkan (doa): Ya Tuhan kami, Allah
yang berada di langit! Maha Suci nama-Mu. Perintah-Mu lah yang (berlaku) di
langit dan bumi. Sebagaimana rahmat-Mu di langit, maka jadikanlah rahmat-Mu di
bumi. Ampunilah dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kami. Engkau-lah Tuhan seluruh
orang-orang yang baik (sehat). Turunkanlah rahmat dan kesembuhan dari sisi-Mu
terhadap penyakit ini. Maka penyakit akan sembuh dengan izin Alah (H.R. Abu
Dawud).
عَنْ
اَبِى سَعِيْدِ الْخُذْرِيِّ قَالَ اَنَّ جِبْرِيْلَ عَلَيْهِ السَّلاِمُ اَتَى
النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَامُحَمَّدٌ اَشْتَكَيْتَ؟
قَالَ: نَعَمْ. فَقَالَ جِبْرِيْلُ عَلَيْهِ السَّلاَمُ بِاسْمِ اللهِ اَرْقِيْكَ
مِنْ كُلِّ دَاءٍ يُؤْذِيْكَ وَمِنْ شَرِّ كُلِّ نَفْسٍ اَوْ عَيْنٍ حَاسِدٍ
اَللهُ يَشْفِيْكَ بِاسْمِ اللهِ اَرْقِيْكَ
(رواه مسلم).
Dari Abi Sa’id Al Khudri, ia
berkata: Bahwasanya Jibril ‘Alaihis Salam datang kepada Nabi SAW, lalu berkata:
‘Ya Muhammad! Sakitkah engkau?’ Nabi berkata: ‘Ya.’ Maka Jibril AS.
berkata: ‘Dengan nama Allah, aku mohonkan ruqyah untukmu dari setiap penyakit
yang menimpamu dan juga dari setiap jiwa maupun mata orang yang dengki. Allah
akan menyembuhkan engkau. Dengan nama Allah, aku akan melakukan ruqyah
untukmu.’ (H. R. Muslim).
Terapi Ruqyah
Menurut Ibnul Qayyim Al Jauziyah terapi ruqyah
merupakan terapi dengan melafatkan doa baik dari Al Qur’an maupun As Sunnah
untuk menyembuhkan suatu penyakit (Agil, 1994: 41). Menurut Ibnul Qayyim Al
Jauziyah terapi ruqyah tidak terbatas pada gangguan jin, tetapi juga mencakup
terapi fisik dan gangguan jiwa.
Terapi ruqyah, menurut Ibnul Qayyim
Al Jauziyah, merupakan salah satu metode penyembuhan yang digunakan oleh
Rasulullah saw. Di samping metode ruqyah Rasulullah saw. juga menggunakan
metode pembekaman, pemanasan, makanan, minuman, harum-haruman, lingkungan, dsb.
(Agil, 1994: 2-22).
Terapi ruqyah ini secara syariat dibagai menjadi dua, yaitu Ruqyah
Syar’iyyah dan Ruqyah Syirkiyyah.
Ruqyah Syar’iyyah mempunyai tiga syarat. Pertama, menggunakan ayat-ayat Al Qur’an atau Hadis dengan tanpa mengubah susunan kalimatnya. Kedua,
menggunakan bahasa Arab yang fasih, dibaca denagn jelas, sehingga tidak berubah
dari makna aslinya. Ketiga, meyakini bahwa bacaan ayat-ayat Al Quran dan Hadis
tersebut hanyalah merupakan sarana atau wasilah untuk penyembuhan, sedangkan
yang menyembuhkan pada hakikatnya adalah Allah SWT sendiri. Oleh karena
hendaklah memperbagus sarana tersebut sehingga dapat lebih mendekatkan diri
kepada Allah SWT. Adapun Ruqyah yang Syirkiyyah adalah ruqyah dengan memohon
bantuan kepada selain Allah atau memohon kepada Allah sekaligus juga memohon
kepada yang lain. Bacaannya pun tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah dan para
sahabatnya, meskipun kadang-kadang caranya mirip dengan ruqyah syar’iyyah
(Bishri, 2005: 21-22). Misalnya Al Quran dibaca dari huruf yang terakhir
(dibolak balik), atau membaca mantra-mantra dengan mengagungkan syetan atau
jampi-jampi buatan seseorang dengan bahasa tertentu (Majalah Ghaib, No.3/Tahun
1/ 2003: 45).
Terapi
Ruqyah untuk Penyakit Fisik
Ada beberapa contoh ruqyah untuk
pengobatan fisik yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Misalnya ruqyah untuk
menyembuhkan sengatan kalajengking. Sebagaimana disebutkan di dalam Hadis sbb:
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syuaibah dalam Musnad-nya
dari Hadis Abdullah bin Mas’ud , ia menceritakan:
بَيْنَارَسُوْلُ الله صلعم يُصَلِّى, اِذْ سَجَدَ: فَلَدَ
غَتْهُ عَقْرَبٌ فِى اِصْبِعِهِ, فَانْصَرَفَ رَسُوْلُ الله صلعم, وَقَالَ: لَعَنَ
الله ُ الْعَقْرَبَ: مَاتَدْعُ نَبِيّاً وَلاَ غَيْرَهُ. قاَلَ: ثُمَّ دَعَا
بِاءِنَافِيْهِ مَاءٌ وَمِلْحٌ, فَجَعَلَ يَضَعُ مَوْضِعَ اللَّدْغَةِ فِى
الْمَاءِ وَ الْمِلْحِ, وَيقْرَأُ قُلْ هُوَ الله ُ أَحَدٌ, وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ.
حَتَّى سَكَنَتْ.
Ketika Rasulullah
SAW shalat, pada saat beliau berujud, tiba-tiba seekor kalajengking menyengat
jari tangannya. Maka Rasulullah keluar dan berkata: Semoga Allah melaknat
kalajengking. Kalajengking tidak membeda-bedakan antara seorang nabi dengan
yang lainnya. Kemudian Rasulullah menyuruh diambilkan air dan garam, lalu
bagian yang disengat kalajengking tersebut direndam dengan air garam itu sambil
membaca Qul huwallahu ahad dan muawwidzatain sehingga rasa
sakitnya reda.
Selanjutnya
diriwayatkan oleh Muslim dalam Shahih-nya, dari Utsman bin Abil Ash
diceritakan bahwa ia pernah datang menemui Rasulullah menceritakan sakit yang
diseritanya di bagian tubuhnya semenjak ia masuk Islam. Maka Nabi SAW bersabda:
“Letakkanlah
tanganmu di atas bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkan bismillah tiga
kali, dan ucapkanlah doa berikut sebanyak tujuh kali:
أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَ قُدْرَتِهِ, مِنْ شَرِّ مَا
أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
“Aku berlindung dengan kemuliaan dan kekuasaan Allah dari
keburukan apa yang kudapati dan kukhawatirkan akan terjadi.”
Menurut Ibnul
Qayyim Al –Jauziyah terapi ruqyah ini mengandung beberapa hal, antara lain
menyebut nama Allah, menyerahkan urusan kepada-Nya, memohon perlindungan dengan
kemuliaan dan kekuasaan-Nya dari bahaya rasa sakit. Semua cara ini dapat
menghilangkan rasa sakit, lalu diulang-ulang agar lebih manjur dan lebih
mengena. Sama halnya dengan meminum obat yang juga harus berulangkali agar dapat mengeluarkan materi penyakit. Bilangan
tujuh kali itu mengandung keistimewaan
(Abu Umar, 2005: 225-226).
Di dalam Shahih
Al-Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa Nabi SAW apabila menjenguk
keluarganya yang sedang sakit,beliau mengusap tubuhnya dengan tangan kanan
beliau sambil berkta:
اَللّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ, أَذْهِبِ الْبَأْسَ: وَاشْفِ
أَنْتَ الشَّافِى, لاَ شِفَاءَ اِلاَّ شِفَاؤُكَ, شِفَاءً لاَيُغَادِرُ سَقَماً.
Ya Allah, Rabb dari
sekalian manusia! Lenyapkanlah rasa sakitnya, berikanlah kepadanya kesembuhan
karena Engkau adalah Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan
karena pertolongan-Mu; kesembuhan yang tidak diiringi dengan sakit lain.
Menurut Ibnul
Qayyim Al-Jauziyah ruqyah ini mengandung unsur tawassul kepada Allah melalui
kesempurnaan rububiyah dan rahmat-Nya yang memberi kesembuhan. Karena memang
Allah satu-satunya yang dapat memberikan kesembuhan. Sesungguhnya kesembuhan
itu berasal dari-Nya. Oleh karena itu ruqyah ini sudah mengandung tawassul
kepada Allah melalui tauhid, ihsan dan keyakinan terhadap Rububiyah Allah (Abu
Umar, 2005: 225-226).
Terapi ruqyah dengan
membaca ayat-ayat atau doa dari Al Qur’an dan As Sunnah telah banyak
dipraktekkan dalam penyembuhan penyakit fisik. Di Indonesia misalnya dilakukan
oleh Ustadz Haryono dengan membaca Al Fatihah dan ayat-ayat maupun do’a dari Al
Qur’an dan As Sunnah. Kurang lebih sembilan juta pasien pernah ditanganinya (Damarhuda,
2005: 1-2, 52). Berdasarkan berbagai kesaksian, banyak dari pasiennya mengalami
kemajuan dalam kesehatannya maupun memperoleh kesembuhan. Demikian juga
beberapa Pondok Pesantren, Yayasan Islam, Kyai, Ustadz, dan banyak orang Islam
secara individu maupun kelompok telah mempraktekkan ruqyah untuk penyakit
fisik.
Secara medis terapi ruqyah dalam
arti membacakan ayat-ayat atau doa-doa
dari Al Qur’an maupun As Sunnah mempunyai pengaruh dalam penyembuhan
fisik. Sebanding dengan terapi ruqyah, terapi doa telah diteliti keefektifannya
dalam penyembuhan fisik. Dr. Dossey,
dokter lulusan Universitas di Texas, menjelaskan bahwa setelah ia mengumpulkan
beberapa penelitian tentang terapi doa, dia menjelaskan bahwa ternyata doa
dapat mengendalikan sel-sel kanker, sel-sel pemacu, sel-sel darah merah, enzim,
bakteri, jamur, dan sebagainya (T. Hemaya, 1997: 171-172). Senada dengan Dr..
Dossey, William G. Braud, direktur riset di Institute of Transpersonal
Psychology di Palo Alto, melaporkan bahwa manusia mampu mempengaruhi secara
mental dan dari jarak jauh, berbagai sasaran biologis misalnya bakteri, koloni
ragi, motile algae (semacam tumbuhan), tanaman, protozoa, larva, woodlice
(semacam kutu kayu), semut, anak ayam, tikus, kucing, anjing, juga preparat sel
(sel darah, neuron, sel kanker) dan kegiatan enzim. Pada sasaran manusia,
misalnya mempengaruhi gerakan mata, gerakan motorik, kegiatan elektrodermal,
kegiatan pletismografik, pernafasan, dan irama otak (Saputra, 2003: 306). Hal
ini menunjukkan bahwa doa atau kegiatan pikiran manusia dapat mempengaruhi
makhluk, termasuk kesehatannya. Selanjutnya
Dr. Dadang Hawari menyatakan bahwa suatu studi terhadap 393 pasien jantung di
San Fransisco menunjukkan bahwa kelompok pasien yang terapinya ditambah dengan
terapi doa sedikit sekali yang mengalami komplikasi, sedang yang tidak
menggunakan terapi doa banyak menimbulkan komplikasi dari penyakit jantungnya
(Hawari, 1997: 8). Berikutnya dr. H. Tb. Erwin Kusuma Sp Kj, seorang spesialis
kedokteran jiwa di klinik Prorevital, menyatakan bahwa air yang telah diberi
doa akan berubah struktur molekunya dan dapat digunakan sebagai obat (Intisari,
2002: 61-64). Senada dengan pendapat dr. H. Tb.Erwin di atas, sebuah
penelitiandi Jepang yang dilakukan oleh Dr. Emoto menunjukkan bahwa struktur
molekul air akan berubah bila diberi kata-kata atau suara. Ia kemudian menjelaskan
bahwa tubuh manusia kurang-lebih 70 persennya adalah air, maka akan ada
perubahan bila diberi kata-kata, suara, atau doa (Bambang, 2006: 14-19).
Perubahan struktur air di dalam tubuh ini mempengaruhi tingkat kesehatannya..
Beberapa penelitian tentang efek
doa terhadap kesehatan di atas, secara tidak langsung, membuktikan bahwa terapi
ruqyah, doa dari Al Qur’an dan As Sunnah, mempengaruhi terhadap penyembuhan
sakit fisik.
Terapi Ruqyah untuk Gangguan Jiwa
Adapun terapi
ruqyah untuk gangguan jiwa disebutkan di dalam beberapa hadis berikut:
Di dalam Sunan
Abu Dawud dengan sanad yang shahih melalui Kharijah Ibnush Shilt, dari
pamannya yang menceritakan:
اَتَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ,
فَاَسْلَمْتُ, ثُمَّ رَجَعْتُ فَمَرَرْتُ عَلَى قَوْمٍ عِنْدَ هُمْ رَجُلٌ
مَجْنُوْنٌ مُوْثَقٌ بِالْحَدِيْدِ, فَقَالَ اَهْلُهُ اِنَّاحُدِّثْنَا اَنَّ
صَاحِبَكَ هذَا قَدْ جَاءَ بِخَيْرٍ, فَهَلْ عِنْدَكَ شَيْءٌ تُدَاوِيْهِ؟
فَرَقَيْتُهُ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ, فَبَرَأَ, فَاَعْطَوْنِى مِائَةَ شَاةٍ,
فَاَتَيْتُ النَّبِىَّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاَخْبَرْتُهُ فَقَالَ
هَلْ اِلاَّ هذَا وَفِى رِوَايَةٍ: هَلْ قُلْتَ غَيْرَ هذَا؟ قُلْتُ, لاَ, قَالَ:
خُذْهَا فَلَعَمْرِى لَمَنْ اَكَلَ بِرُقْيَةِ بَاطِلٍ,لَقَدْ اَكَلْتَ بِرُقْيَةِ
حَقٍّ.
Aku datang kepada
Nabi saw. dan masuk Islam, kemudian aku pulang. Aku bertemu dengan suatu kaum,
di antara mereka terdapat seorang laki-laki gila dalam keadaan diikat dengan belenggu
besi. Lalu keluarganya berkata, “Sesungguhnya kami mendapat berita bahwa
temanmu itu (Nabi saw.) telah datang dengan membawa kebaikan, apakah engkau
punya sesuatu untuk mengobatinya?” Aku meruqyahnya dengan bacaan Fatihatul
Kitab, ternyata ia sembuh, lalu mereka (keluarga si sakit) memberikan seratus
ekor kambing. Aku datang kepada Nabi saw. dan menceritakan hal itu kepadanya,
lalu beliau bersabda, “Apakah hanya ini (yang engkau ucapkan)?” Menurut riwayat
yang lain disebutkan, “Apakah engkau mengucapkan selain itu?” Aku menjawab,
“Tidak.” Beliau saw. bersabda, “Ambillah ternak itu.. Demi umurku, sesungguhnya
orang yang memakan dari hasil ruqyah batil (tidak boleh tetapi engkau memakan
dari ruqyah yang benar.”
Selanjutnya disebutkan
juga di dalam hadis riwayat Abu Dawud. Di dalam hadis tersebut Abu Dawud
mengatakan bahwa dia mengetengahkannya melalui Kharijah, dari pamannya yang
menceritakan:
اَقْبَلْنَا مِنْ عِنْدِ النَّبِىِّ صَلَّى الله ُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَاَتَيْنَا عَلَى حَيٍّ مِنَ الْعَرَبِ فَقَالُوْا:عِنْدَكُمْ دَوَاءٌ,
فَاِنَّ عِنْدَنَا مَعْتُوْهاً فِى الْقُيُوْدِ فَجَاؤُوْابِالْمَعْتُوْهِ فِى
الْقُيُوْدِ فَقَرَأْتُ عَلَيْهِ فَاتِحَةَ الْكِتَابِ ثَلاَثَةَ اَيَّامٍ
غُدْوَةً وَعَشِيَّةً, اَجْمَعُ بُزَاقِى ثُمَّ اَتْفُلُ فَكَأَنَّمَانَشِطَ مِنْ
عِقَالٍ فَاَعْطَوْنِى جُعْلاً فَقُلْتُ لاَفَقَالُوْا سَلِ النَّبِىَّ صَلَّى
الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَأَلْتُهُ فَقَالَ: قُلْ فَلَعَمْرِى مَنْ اَكَلَ
بِرُقْيَةِ بَاطِلٍ لَقَدْ اَكَلْتَ بِرُقْيَةِ حَقٍّ.
Kami kembali
(pulang) dari sisi Nabi saw., lalu kami sampai pada suatu kabilah orang Badui.
Mereka berkata, “Apakah kalian memiliki obat penawar, karena sesungguhnya di
kalangan kami ada seorang yang gila
dibelenggu dengan rantai.” Lalu mereka mendatangkan orang gila tersebut dalam
keadaan terbelenggu. Maka aku membacakan kepadanya Fatihatul Kitab selama tiga
hari setiap pagi dan petang. Aku menghimpun ludahku, lalu kuludahkan kepadanya
sehingga si gila tersebut seakan-akan baru lepas dari ikatannya (sembuh), lalu
mereka memberiku upah. Tetapi aku berkata, “Jangan.” Mereka berkata, “ Tanyakanlah
dahulu kepada Nabi saw.” Aku bertanya kepada Nabi saw. dan beliau bersabda,
“Makanlah demi umurku, barang siapa yang memakan (dari hasil) ruqyah yang batil
(hukumnya haram), sesunguhnya engkau makan dari ruqyah yang benar.”
Terapi ruqyah untuk
gangguan jiwa ini telah dipraktekkan di beberapa pesantren di Indonesia . Misalnya di Pondok
Pesantren Suryalaya Tasikmalaya (Praja, 1995: 61-63), Pondok Pesantren
Raudhatul Muttaqien Yogyakarta, Pondok Pesantren Al Ghafur Situbondo (Rendra,
2000: 219), Pondok Pesantren Al Islamy, Kulon Progo, Yogyakarta (Setyanto,
2005: 55-58), dan di beberapa Pondok Pesantren maupun Yayasan Islam lainnya..
Secara medis metode ruqyah dalam arti membacakan ayat-ayat
atau doa-doa yang terdapat di dalam Al Qur’an maupun As Sunnah, sudah dapat
diterima keefektifannya dalam terapi gangguan jiwa. Beberapa penerapan terapi doa,
senada dengan ruqyah (doa dari Al Qur’an dan As Sunnah) yang dilakukan pada
terapi gangguan jiwa di berbagai tempat telah membantu penyembuhan para
penderita gangguan jiwa. Misalnya Dr. Dossey , dokter lulusan Universitas di
Texas, menjelaskan bahwa hasil penelitian di Universitas Redland , California
menunjukkan bahwa doa mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan gangguan jiwa (T.
Hemaya, 1997: 171-172). Selanjutnya hasil penelitian Snyderman (1996)
menyatakan bahwa terapi medik saja tanpa disertai dengan agama (berdoa dan
berzikir) tidaklah lengkap, sebaliknya terapi agama saja tanpa disertai dengan
terapi medik tidaklah efektif (Hawari, 2002: 24). Suatu organisasi yang bernama
Pastoral and Humanization Service telah memberikan pelayanan kesehatan
jiwa agama ke rumah-rumah sakit dalam bentuk rawatan rohani pada penderita yang
selama ini hanya menerima rawatan medik psikiatrik saja. Ternyata metode
integrasi ini membawa hasil yang lebih baik, yaitu gejala-gejala gangguan jiwa
lebih cepat teratasi dan lamanya perawatan di rumah sakit jiwa (long stay
hospitalization) dapat diperpendek (Hawari, 2002: 50).
Berdasarkan beberapa penelitian tentang pengaruh do’a
terhadap penyembuhan gangguan jiwa di atas, secara tidak langsung membuktikan
bahwa terapi ruqyah, dengan menggunakan doa dari Al Qur’an dan As Sunnah,
mempunyai pengaruh terhadap penyembuhan gangguan kejiwaan.
Terapi Ruqyah untuk
Gangguan Jin
Gangguan Jin merupakan fenomena penyakit yang khas,
meskipun biasanya mempunyai gejala yang hampir sama dengan penyakit fisik dan
psikis. Biasanya baru diketahui setelah berbagai macam pengobatan fisik dan
psikis gagal mengatasinya. Misalnya pasien sudah diobati dengan berbagai obat
fisik, tetapi tidak ada pengaruhnya dan sakitnya tetap tidak berkurang.
Demikian juga pasien sudah diberi berbagai obat psikis, misalnya obat penenang,
tetapi pasien tetap tidak bisa tidur dan tetap agresif maupun menutup diri
dalam jangka waktu lama. Tetapi kadang-kadang cepat diketahui oleh orang yang
berpengalaman dalam meruqyah gangguan jin, karena ada tanda-tanda khusus yang
tampak (misalnya pandangan mata maupun pancaran energinya yang dapat
dirasakan). Tetapi yang paling jelas adalah reaksi si pasien setelah dibacakan
ayat-ayat Al Qur’an maupun doa-doa dari Al Qur’an dan As Sunnah. Biasanya ada
reaksi geliatan tubuh, mimik takut atau marah, teriakan-teriakan, dan
sebagainya.
Berkaitan dengan fenomena di atas,
maka terapi ruqyah terhadap gangguan jin perlu dilakukan. Ali bin Muhammad bin Mahdi al Qarni dan Syek
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baaz secara garis besar menjelaskan proses terapi
ruqyah terhadap gangguan jin sebagai berikut:
1. Pada
Tahap Persiapan
a. Bagi
terapis :
1)
Mempunyai akidah yang bersih dan murni dan direalisasikannya dalam ucapan dan
perbuatan.
2) Ia
yakin bahwa firman Allah mempunyai pengaruh yang dahsyat untuk mengusir jin dan
setan atas izin Allah SWT.
3)
Mengetahui seluk beluk tentang jin.
4) Mengetahui
pintu-pintu atau peluang-peluang masuknya jin.
5)
Mengetahui perbuatan-perbuatan haram yang menyebabkan masuknya setan.
6)Biasa
berdzikir kepada Allah SWT.
7) Beniat
ikhlash ketika mengobati.
8) Sebelum
mengobati hendaknya ia dan pasien berwudlu terlebih dahulu.
9)Memohon
bantuan kepada Allah SWT dalam mengusir jin.
10)Menjauhkan
tempat pengobatan dari lagu-lagu, musik, gambar-gambar yang menjurus pada
maksiyat, situasi yang menjurus maksiyat, anjing di rumah, dsb.
b.. Bagi
Pasien.
1) Si
pasien dan keluarga diberi pengetahuan dan nasihat-nasihat tentang aqidah Islam
yang benar dan murni sehingga hatinya terlepas dari ketergantungan selain Allah
SWT.
2) Dijelaskan
pada pasien perbedaan pengobatan ruqyah dengan pengobatan ahli sihir dan dukun,
serta dijelaskan pada pasien bahwa Al Quran mengandung obat dan rahmat bagi
orang yang beriman.
3) Jika
pasien memakai azimat hendaknya dibuang
dan dibakar.
4) Jika pasien tersebut seorang wanita, hendaknya
tertutup auratnya, disertai seorang mahram, dan orang lain selain mahramnya
dilarang masuk ke tempat pengobatan.
2. Pada tahap pengobatan
Pada tahap ini terapis membaca Surat atau ayat-ayat yang
dapat mengusir jin, misalnya: Al Fatihah, Al Ikhlash, Al Falaq, An Naas,
ayat Kursi, tiga ayat terakhir dari Surat
Al Baqarah, dsb.
3. Pasca Pengobatan.
a. Si
pasien hendaknya menjaga shalat berjamaah.
b. Si
pasien senantiasa berdzikir kepada Allah SWT.
c. Si
pasien beberapa hari atau minggu setelah pengobatan kembali lagi pada terapis
untuk dibacakan ayat-ayat Al Qur’an kembali.
d. Si
pasien hendaknya selalu membaca basmalah setiap saat dan kesempatan.
e. Si
pasien aktif mendengarkan bacaan Al Quran atau membacanya sendiri (Ali, 1999:
80-86).
Berdasarkan uraian di atas jelaslah
bahwa terapi ruqyah tidak hanya
digunakan untuk terapi gangguan jin sebagaimana difahami orang, tetapi dapat juga digunakan untuk penyembuhan
sakit fisik maupun psikis. Secara medis terapi ruqyah dapat diterima
keefektifannya dalam penymbuhan fisik maupun psikis.
Penutup
Terapi ruqyah merupakan salah satu terapi yang digunakan
Rasulullah SAW dari beberap terapi yang lain dalam mengobati penyakit. Terapi
ruqyah tidak hanya digunakan untuk mengusir jin, tetapi juga untuk terapi
penyakit fisik dan psikis. Secara medis terapi ruqyah sudah diakui
keefektifannya untuk mengobati penyakit fisik maupun psikis. Terapi ruqyah yang
digunakan untuk mengusir jin keefektifannya tergantung pada keadaan terapis,
pasien, dan lingkungan dalam proses terapi.
Baca sesering mungkin aja kitab suci alquran dan beribadah rutin kepada allah agar sakit hati cepat sembuh.
BalasHapushttp://www.superartikelblog.xyz/