Minggu, 25 September 2011

Gangguan Jin pada Anak


Sample ImageSejak manusia dilahirkan syetan sudah memulai gangguannya dan memaklumkan peperangan yang tidak mengenal damai dan limit. Inilah peperangan berkepanjangan
yang hanya akan berakhir dengan berakhirnya kehidupan manusia dan makhluk lainnya di dunia ini. Rasulullah SAW. bersabda: “Setiap anak Adam yang dilahirkan akan ditusuk kedua sisinya oleh syetan dengan kedua jari (telunjuknya) kecuali lsa bin Maryam, dia menusuknya, tetapi hanya mengenai ari-rinya.” (HR. Bukhori). 
Seorang anak belum masuk mukallaf apalagi bila masih dalam usia balita. Dia belum terbebani dengan kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan, bahkan ia belum tahu kalau harus melawan musuh bebuyutan yang tidak nampak dan tak kenal kompromi yaitu iblis dan sekutunya. Dalam hal ini ia masuk dalam kategori obyek yang pasif, belum bisa membela dirinya apalagi
melawan musuh. Karena itu orang tua harus tanggap, sigap dan waspada sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah dan istri lmron. Mereka membacakan do’a-do’a perlindungna kepada anak-cucunya. Baik ketika mau melakukan hubungan suami istri atau ketika menyambut kehadiran si jabang bayi dan juga ketika masih dalam usia kanak-kanak.
Orang tua harus pro aktif dengan mengajarinya do’a-do’a atau membacakan atas diri mereka ruqyah syar’iyah seperti yang pernah dilakukan Rasulullah terhadap keluarganya. Karena musuh yang kita hadapi tidak terlihat oleh pandangan mata dan tidak bisa kita deteksi dengan panca indra, maka yang bisa kita lakukan hanyalah mengenal dan memahami tanda-tanda yang tampak dari perilaku anak-anak kita. Dan sudah seharusnya kita memahami gelagat-gelagat musuh kita serta strategi-strategi yang mereka gunakan dalam melancarkan  serangan dan gangguan terhadap anak-anak kita.
Syetan itu sangat licik dan sangat keji. Sedikit saja kesalahan yang kita lakukan akan bisa mengganggu eksistensi mereka dan keturunannya atau menyebabkan kematian anak-anak mereka dengan tidak sengaja. Ketika kita membuang air panas misalnya, maka syetan akan menaruh dendam dan menuntut balasan yang setimpal, bahkan lebih sadis dan keji.
Adapun gangguan iblis dan kroni-kroninya terhadap anak-anak itu banyak ragam dan fariasinya. Dan itu semua dapat kita kenali dari berbagai kasus yang menimpa anak-anak, atau dari referensi-referensi yang tertulis di buku-buku yang menjelaskan masalah tersebut, atau fakta-fakta yang kita dapatkan dalam keseharian kita ketika berinteraksi dengan masyarakat. Tim Ruqyah Majalah Ghoib sendiri sudah berkali-kali menerima keluarga yang anak-anak mereka terganggu oleh jin.
Berikut ini, di antara gangguan yang sering terjadi pada anak-anak.
1.  Gangguan pada mata.
Anak yang terganggu matanya akan mampu melihat sesuatu yang tidak terlihat oleh manusia pada umumnya. Dia melihat kehadiran makhluk lain di tengah komunitas perkumpulannya, bahkan dalam kesendiriannya ia berkomunikasi dan bercanda dengan makhluk tersebut. Oleh sebab itu anak yang terkena gangguan sejenis ini lebih suka menyendiri dan menikmati keterasingan dirinya dari khalayak ramai. Dia tidak suka kalau ada teman-teman yang menemaninya, kalaupun mau bergaul juga akan terlihat canggung dan tidak bersahabat, tatapannya hampa, penglihatannya kosong, sering melamun dan larut dalam halusinasi.
Rasulullah SAW. pernah meruqyah seorang anak yang terganggu matanya, sehinga tampak sorotan matanya yang ganjil dan tatapannya yang bias tidak terarah. Setelah anak itu dihadapkan ibunya kepada Rasulullah, dan punggungnya dihadapkan ke muka Rasulullah maka beliau memukul punggungnya dengan keras sambil  berkata: “Keluarlah hai musuh Allah, keluarlah hai musuh Allah.” kemudian anak itu menatap dengan pandangan yang sehat tidak seperti pandangan sebelumnya. Lalu Rasulullah mendudukkannya di hadapannya seraya berdo’a untukryra kemudian mengusap wajahnya. (HR. Turmudzi).
Tim Ruqyah Majalah Ghoib juga pernah kedatangan seorang anak yang sering dimanfaatkan oleh salah satu stasiun televisi untuk mendeteksi kehadiran dan keberadaan jin di acara mistis, ketika anak itu berbaring dan mendengar alunan ayat-ayat Al-Qur’an, tak berapa lama ia langsung meloncat ketakutan, menurut penglihatannya ada gondoruwo yang besar sedang duduk di atas dadanya.
Maka waspadalah bila Anda mempunyai anak yang bisa melihat jin di sekitarnya, karena itu bukanlah suatu kelebihan atau keistimewaan seperti yang dipahami dan diyakini oleh kebanyakan orang. Justru itu merupakan kelainan dan gangguan yang membutuhkan pengobatan, agar kondisinya kembali normal seperti anak-anak lainnya. Allah menegaskan, “Sesungguhnya ia dan pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihatnya.” (QS. Al-A’raf: 27). Berkaitan dengan ayat tersebut lmam Syafi’i mengatakan, “Barangsiapa yang mengaku melihat jin (dalam bentuk aslinya) maka kami katakana kesaksiannya tidak syah, kecuali orang tersebut seorang nabi.” (Fathul Bari 6/423).
Seperti diketahui, termasuk kesaksian yang tertolak ialah kesaksian seorang pembohong. Walhasil, secara tidak langsung lmam Syafi‘i mengatakan bahwa orang yang mengaku bisa melihat jin adalah pembohong besar.
2.  Gangguan pada telinga
Anak yang terganggu tilinganya akan mendengar bisikan-bisikan yang mengiang samar atau terdengar jelas di gendang telingnya. Biasanya bisikan itu bersifat profokatif dan negative, seperti mencegah seseorang ketika ingin berbuat kebajikan atau sebaliknya menyuruh anak tersebut berbuat nekat yang destruktif, sehingga membahayakan anak tersebut dan mengancam ketenangan orang lain. Bisikan-bisikan itu akan memprogram dan mendalangi perilaku anak tersebut, sehingga lakunya akan kelihatan asing, aneh dannyeleneh.
Syaikh Muhammad Ash-Shayyim, seorang ulama al-Azhar Mesir pernah meruqyah anak yang terkena gangguan di telinganya, ia senantiasa dibisiki bahwa ia akan mati sekarang juga, sehingga ketakutan dan kecemasan selalu menyelimuti kehidupannya. la selalu didikte oleh jin penganggu dengan mengatakan: “Janganlah kamu melakukan ini dan itu karena pasti kamu akan mati.”
Kemudian syaikh Muhammad Ash-Shayym mengatakan kepada anak itu bahwa setiap makhluk hidup pasti akan mati, janganlah takut menghadapinya karena ajal telah ditentukan Allah. Dan yang menimpa dirinya adalah was-was yang dibisikkan oleh syetan agar ia lalai berdzikir kepada Allah, disebabkan oleh kecemasan yang selalu menggelayut di perasaannya. Banyak berdzikir dan jagalah kesucian dengan menjaga wudlu serta memperbanyak membaca ayat-ayat perlindungan.
Anak yang mengalami gangguan ini akan terlihat perubahan yang drastis pada sikapnya, yang tadinya ceria akan kelihatan murung dan pendiam, mengalami gangguan ketika mau tidur, sehingga jam istirahatnya tidak teratur dan susah jika ingin tidur. Akhirnya berat badannya turun dari hari ke hari. Gangguan seperti itulah yang pernah dialami anak berumur lima tahun dari Cakung dan pernah datang ke kantor Majalah Ghoib. Setelah diruqyah oleh ustadz Junaedi Lc, anak itupun menggeliat-geliat dan berusaha mematikan tape yang sedang memutar kaset ruqyah. Tapi akhirnya berangsur-angsur dia meniadi tenang dan senang. Sang ibu pun tersenyum syukur kepada Allah yang telah memberikan kesembuhan kepada anaknya.
3.  Sering menangis dan rewel
Anak yang sering menangis dan rewel, terutama di malam hari kemungkinan ada unsur gangguan jin pada dirinya. Entah dia melihat sesuatu yang menyeramkan atau terlintas olehnya bayang-bayang yang menggoda dan menakut-nakutinya. Atau bisa juga dia mendengar bisikan-bisikan yang bernada ancaman yang menganggu ketenangan tidurnya. Tim majalah Ghoib pernah menangani seorang anak yang baru berumur empat bulan dari Tebet. Jika malam tiba ia menangis terus menerus yang mengganggu istirahat orangtua dan masyarakat sekitarnya. Begitulah cerita ibu anak tersebut.
Ketika ditanya oleh ustadz Junaedi tentang jimat-jimat yang dimiliki untuk menjaga anak tersebut, si ibu mengaku terus terang bahwa anak bayi itu dikasih keris oleh kakeknya untuk menjaga cucunya yang tercinta. Kemudian keris itu pun dibacakan ayat kursi dan dibakar kemudian dibuang. Dengan izin Allah anak itu menjadi tenang dan tidak banyak menangis. lstirahatnya di malam hari pun menjadi normal sebagaimana bayi-bayi seusianya.
4.  Syaraf otaknya terganggu dan menyebabkan ia seperti orang gila
Syetan masuk ke tubuh manusia melalui peredaran darah, begitulah cara mereka mengganggu manusia seperti yang diberitakan Rasulullah. Karena yang diserang adalah organ yang punya jaringan ke otak. Akhirnya jaringan itu mengalami penyumbatan, akibatnya si penderita akan kehilangan rasa dan perasaannya secara total. Begitulah analisis dr. Ahmad Shabahi tentang kesurupan/gangguan jin pada manusia ditinjau dari sisi medis. Anak yang mengalami gangguan pada otaknya akan linglung, bicaranya tidak terarah ngalor-ngidul dan kadang-kadang tidur di sembarang tempat.
Dalam sebuah riwayat dijelaskan bahwa seorang sahabat meruqyah pasien yang gila, ketika pasien terebut sembuh dengan izin Allah, sahabat tersebut diberi seratus ekor kambing oleh keluarganya. Lalu sahabat tersebut bercerita kepada Rasulullah. Rasulullah membenarkan apa yang ia perbuat, karena ruqyah yang dibacanya adalah ruqyah syar’iyah yaitu dengan membaca surat al-Fatihah. (lihat sunan Abu Dowud bab ath-Thibb no 19). Rasulullah sendiri juga pernah meruqyah anak yang terkena gangguan jiwa (gila). Rasulullah menggertak (jin yang berada di jasad) anak tersebut: “Keluarlah hai musuh Allah, aku adalah Rasulullah.” Lalu anak itu pun sembuh. (Sebagai perwujudan rasa syukurnya) ibunya memberi Rasulullah dua ekor kambing, sedikit samin dan susu." (HR. lmam Ahmad).
5.  Mengobati orang yang sakit
Kita sering mendengar cerita, bahwa disuatu tempat (daerah) ada tabib yang bisa mengobati berbagai macam penyakit. Tabib itu belum pernah kuliah difakultas kedokteran, juga belum pernah menjadi asisten dokter sehingga bisa belajar dari pengalaman hasil interaksinya dengan dokter tersebut. Bahkan dia juga belum pernah menelaah buku-buku kedokteran. Justru ilmu-ilmu yang dikuasainya adalah ilmu instan praktis yang diperolehnya secara tiba-tiba. Orang-orang daerah (kampung) sering menyebut mereka dengan ‘Dukun Tiban’ dan lebih mengejutkan lagi ternyata di antara dukun tiban itu adalah anak yang masih belia, bahkan ada yang masih balita.
Ada anak balita bisa mengobati? ltulah realita yang sering kita dengar terutama di masyarakat pedesaan.  Dengan akal sehat, kita tidak bisa menerima fenomena tersebut. Darimana seorang balita belajar pengobatan? Baiklah. Mari kita simak penuturan ulama terkenal lmam Jalaluddin as-Suyuthi dalam kitab Luqothul Marjan. Ketika Zaid bin Wahb berperang di suatu jazirah, di malam hari didatangi seorang laki-laki yang berjanji akan mengajarkan ilmu kedokteran dengan mengatakan: “Apabila seseorang yang sakit menyebutkan penyakitnya kepadamu, maka apa yang terlintas di hatimu bahwa itu obatnya, maka benar-benar itu obatnya.”
lmam Suyuthi menyebutkan bahwa jin telah mengajari manusia tentang ilmu pengobatan. Dan lbnul Jauzi menceritakan bahwa ketika Abu Ali adz-Dzahaq berada di Naisabur untuk berdakwah, tiba-tiba ia terkena penyakit mata. Pada suatu malam ia bermimpi ada seseorang yang masuk kamarnya. Dia mengabarkan bahwa ada sekelompok jin hadir dalam majelisnya, mereka tidak ingin Abu Ali pulang karena penyakit mata yang diderita. Padahal jin-jin tersebut baru mulai belajar, lalu orang tersebut mengusap matanya. Ketika Abu Ali terbangun dia tidak merasakan sakit mata lagi. Begitulah lmam Suyuthi menceritakannya di halaman lain dalam kitab yang sama dengan tema “Jin Mengobati Manusia”.
Lalu siapa yang mengajari dukun-dukun tiban yang di antaranya masih balita? Maka waspdalah bila anak Anda tiba-tiba bisa mengobati orang sakit? Padahal sebelumnya belum pernah belajar ilmu pengobatan atau kedokteran. Karena itu bukanlah kelebihan tapi kelainan yang disebabkan gangguan jin, dan yakinlah jin tidak akan membantu manusia kecuali ada pamrih dan niatan yang jahat.
6.  Anak yang hilang
Anak kecil tiba-tiba menghilang, keberadaannya tidak bisa diketahui dan tidak bisa dilacak. Dan juga tak ada seorangpun yang menghubungi keluarganya untuk meminta uang tebusan sebagaimana yang lagi marak saat ini. Yaitu penculikan yang di lakukan oleh sindikat-sindikat syetan dari jenis manusia. Bisa jadi drama penculikan yang lagi marak sekarang adalah perbuatan yang diadopsi oleh syetan manusia dari syetan berjenis jin. Hanya saja motifnya yang bebeda, karena memang dunianya yang berlainan dan desakan kebutuhan hidup yang tidak sama.
lmam as-Suyuthi menulis tema yang berkaitan dengan permasalahan di atas dengan memaparkan beberapa cerita di antaranya adalah dari Ibnu Abid Dunya, dari Abdul Rahman bin Abi Laila bahwa seseorang dari kaumnya keluar untuk menunaikan shalat Isya. Tiba-tiba ada jin yang menahannya sehingga ia hilang dari penglihatan. Lalu istrinya datang ke Umar bin Khathab mengadukan perhal suaminya. Umar menyuruh sang istri menunggu sampai empat tahun. Dalam jangka empat tahun dan belum ada kabar suaminya, Umar  memanggil  walinya dan menjatuhkan talak (cerai) serta menyuruhnya untuk menikah lagi setelah berlalu masa idah empat bulan sepuluh hari. Setelah si istri menikah lagi, ternyata sang suami yang hilang pulang kembali dan menggugat keputusan Umar. la menceritakan peristiwa penculikan terhadap dirinya yang dilakukan ole jin. Akhirnya Umar memberikan pilihan antara kembali ke istrinya atau menceraikannya dan mas kawinnya akan dikembalikan kepada dirinya.” (HR. Ad-Daruquthni).
Imam Ahmad dan Turmudzi juga meriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah telah berbincang-bincang dengan sebagian istrinya pada suatu malam. Ini adalah permasalahan mistis, lalu Rasulullah bertanya: “Tahukah kalian  apa itu mistis? Sesungguhnya cerita mistis adalah seorang lelaki dari bangsa Udzrah yang di ditawan oleh jin di zaman jahiliyah. la tinggal beberapa tahun lamanya dengan mereka, lalu dikembalikan kepada manusia. Kemudian ia bercerita kepada manusia tentang keajaiban yang dialaminya, spontan manusia menanggapinya bahwa cerita tersebut adalah mistis.”
Itulah beberapa gangguan yang sering terjadi pada diri anak-anak. Keberadaannya yang belum mengerti arti kehidupan, belum mengetahui adanya permusuhan abadi dan peperangan yang tak kenal kompromi dengan syetan, telah dijadikan obyek kedzaliman. Mereka juga bisa menjadi sasaran dendam atas kekesalan dan keputus-asaan karena kegagalan syetan untuk mngganggu orang tuanya. Gangguan tersebut timbul karena kedzaliman jin atau karena kejahatan manusia yang yang memanfaatkan jin untuk mengganggu anak-anak tersebut.
Semoga Allah melindungi kita dan keluarga dari gangguan syetan yang terkutuk. Amin.

Ghoib Ruqyah Syar’iyyah
Sumber : Majalah Ghoib Edisi 9/1

Tanda-Tanda Orang Terkena Gangguan Jin

Setiap penyakit dapat dikenali dari gejala-gejala atau tanda-tandanya. Berikut ini saya sebutkan beberapa tanda/gejala orang yang terkena gangguan jin, apapun jenis gangguan jin teresebut.


Tanda-tanda yang saya sebutkan dibawah ini adalah hasil pengamatan, pengalaman menangani pasien. Tidak diperlukan ilmu khusus untuk mengetahui gangguan jin pada diri seseorang. Cukup cermati atau tanda point-point dibawah ini, maka dengan mudah Anda dapat memastikan ada tidaknya gangguan jin pada diri seseorang.

Bagaimana cara menggunakan daftar gejala gangguan jin ini ?


Sederhana, silahkan baca dan cermati satu per satu, lalu perhatikan diri anda atau orang yang akan anda analisa, apakah gejala-gejala ini ada pada diri anda?

Berusahalah untuk sejujur mungkin jika ada gejala-gejala tersebut dibawah ini ada pada diri anda, maka kemungkinan besar ada gangguan jin dalam diri anda.

Gejala – gejala Gangguan jin pada manusia

1. Gejala pada waktu tidur :
  1. Susah tidur malam, yaitu tidak bisa tidur kecuali setelah lama/bersusah payah
  2. Susah bangun, yaitu kebanyakan tidur sehingga tidak bisa melakukan ibadah –ibadah yang diinginkan
  3. Cemas, sering terbangun pada waktu malam
  4. Mimpi buruk, mimpi melihat sesuatu yang mengancamnya lalu ingin berteriak minta pertolongan tetapi tidak bisa
  5. Mimpi melihat berbagai binatang seperti : kucing, anjing, tikus, onta, kuda, monyet, serigala, harimau dll
  6. Bunyi gigi geraham beradu pada saat tidur
  7. Tertawa, menangis, teriak, mengomel pada saat tidur
  8. Merintih pada saat tidur
  9. Mimpi seolah-olah jatuh dari tempat yang sangat tinggi
  10. Berdiri dan berjalan dalam keadaan tidur dan tanpa kesadaran
  11. Mimpi berada dalam lingkungan pemakaman,didalam kuburan, tempat sampah atau jalan yang mengerikan
  12. Mimpi melihat orang aneh seperti tinggi sekali, pendek sekali, putih sekali, hitam sekali
  13. Mimpi sangat menyeramkan/melihat hantu
  14. Mimpi denga lawan jenis/sama jenis yang sam berkali-kali dan ingin bertemu dengan orang yang dimimpikan
  15. Mimpi seakan tertindih benda yang sangat berat ( Tidihan-bhs Jawa) dan sulit untuk melepaskan
  16. Mendengkur sangat keras
  17. Mimpi melihat/bertemu dengan keluarga yang sudah mati,melihat mayat
  18. Mimpi berada dalam abad lampau
  19. Mimpi terjadi peristiwa dan keesokan harinya terjadi peristiwa yang sama dalam mimpi

2. Gejala – gejala Pada wktu terjaga
  1. Sering was – was/ketakutan
  2. Suka marah – marah/ emosi tidak terkendali
  3. Dorongan kuat untuk bermaksiat
  4. Lesu dan malas sekali untuk beribadah
  5. Sulit sekali untuk khusu’ dalam sholat ( susah untuk mengingat sudah berapa rokat yang sudah kerjakan )
  6. Suka sekali menghayal, melamun, mengurung diri
  7. Selalu pusing tidak disebabkan oleh penyakit pada kedua mata, telinga, hidung, gigi, tenggorokan atau lambung
  8. Selalu berpaling dari dzikrullah, meninggalkan/meremehkan untuk menegakkan/melakukan sholat dan ketaatan yang lainnya
  9. Pikiran selalu linglung, selalu sedih tanpa sebab, jantung deg-degkan tanpa sebab,kesurupan
  10. Merasa ada yang mengikuti, mengejar ingin membunuh/mengancam, merasa akan kedatangan seseorang/beberapa orang, merasa akan dilamar seseorang, merasa ada yang mengajak bicara, mendengar bisikan – bisikan agar melakukan sesuatu ( membunuh, memperkosa/bersetubuh dengan anggota keluarga, memukul,bunuh diri dengan meloncat sungai/gedung bertingkat/melintasi rel kereta api diwaktu kereta api lewat)
  11. Sering mendengar orang memanggil namanya
  12. Sering mencium bau-bauan : wangi( kembang/bunga, menyan/dupa, busuk, anyir,dll )
  13. Melihat benda – benda seolah – olah bergerak, berputar, terbalik, miring
  14. Melakukan tindakan – tindakan yang aneh/konyol tanpa disadari
  15. tiba-tiba dapat meramal/membaca pikiran orang lain/mengetahui apa yang akan terjadi
  16. Cemas dan Paranoid ( takut yang berlebihan )
  17. Melihat penampakan makhluk halus atau merasakan keberadaan mekhluk halus
  18. Rasa sakit pada salah satu anggota badan namaun setelah periksa ke dokter tidak terdapat penyakit secara medis/dokter tidak sanggup mengobatinya.

Panduan Berhubungan Intim dalam Perspektif Islam

Sebagai bagian dari fitrah kemanusiaan, Islam tidak pernah memberangus hasrat seksual. Islam memberikan panduan lengkap agar seks bisa tetap dinikmati seorang muslim tanpa harus kehilangan ritme ibadahnya.
Sebagai salah tujuan dilaksanakannya nikah, hubungan intim –menurut Islam– termasuk salah satu ibadah yang sangat dianjurkan agama dan mengandung nilai pahala yang sangat besar. Karena jima’ dalam ikatan nikah adalah jalan halal yang disediakan Allah untuk melampiaskan hasrat biologis insani dan menyambung keturunan bani Adam.
Jima’ Itu Ibadah
Selain itu jima’ yang halal juga merupakan ibadah yang berpahala besar. Rasulullah SAW bersabda, “Dalam kemaluanmu itu ada sedekah.” Sahabat lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita mendapat pahala dengan menggauli istri kita?.” Rasulullah menjawab, “Bukankah jika kalian menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala.” (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah)
Karena bertujuan mulia dan bernilai ibadah itu lah setiap hubungan seks dalam rumah tangga harus bertujuan dan dilakukan secara Islami, yakni sesuai dengan tuntunan Al-Quran dan sunah Rasulullah SAW.
Hubungan intim, menurut Ibnu Qayyim Al-Jauzi dalam Ath-Thibbun Nabawi (Pengobatan ala Nabi), sesuai dengan petunjuk Rasulullah memiliki tiga tujuan: memelihara keturunan dan keberlangsungan umat manusia, mengeluarkan cairan yang bila mendekam di dalam tubuh akan berbahaya, dan meraih kenikmatan yang dianugerahkan Allah.
Ulama salaf mengajarkan, “Seseorang hendaknya menjaga tiga hal pada dirinya: Jangan sampai tidak berjalan kaki, agar jika suatu saat harus melakukannya tidak akan mengalami kesulitan; Jangan sampai tidak makan, agar usus tidak menyempit; dan jangan sampai meninggalkan hubungan seks, karena air sumur saja bila tidak digunakan akan kering sendiri.
Wajahnya Muram
Muhammad bin Zakariya menambahkan, “Barangsiapa yang tidak bersetubuh dalam waktu lama, kekuatan organ tubuhnya akan melemah, syarafnya akan menegang dan pembuluh darahnya akan tersumbat. Saya juga melihat orang yang sengaja tidak melakukan jima’ dengan niat membujang, tubuhnya menjadi dingin dan wajahnya muram.”
Sedangkan di antara manfaat bersetubuh dalam pernikahan, menurut Ibnu Qayyim, adalah terjaganya pandangan mata dan kesucian diri serta hati dari perbuatan haram. Jima’ juga bermanfaat terhadap kesehatan psikis pelakunya, melalui kenikmatan tiada tara yang dihasilkannya.
Orgasme, Faragh
Puncak kenikmatan bersetubuh tersebut dinamakan orgasme atau faragh. Meski tidak semua hubungan seks pasti berujung faragh, tetapi upaya optimal pencapaian faragh yang adil hukumnya wajib. Yang dimaksud faragj yang adil adalah orgasme yang bisa dirasakan oleh kedua belah pihak, yakni suami dan istri.
Mengapa wajib? Karena faragh bersama merupakan salah satu unsur penting dalam mencapai tujuan pernikahan yakni sakinah, mawaddah dan rahmah. Ketidakpuasan salah satu pihak dalam jima’, jika dibiarkan berlarut-larut, dikhawatirkan akan mendatangkan madharat yang lebih besar, yakni perselingkuhan. Maka, sesuai dengan prinsip dasar islam, la dharara wa la dhirar (tidak berbahaya dan membahayakan), segala upaya mencegah hal-hal yang membahayakan pernikahan yang sah hukumnya juga wajib.
Namun, kepuasan yang wajib diupayakan dalam jima’ adalah kepuasan yang berada dalam batas kewajaran manusia, adat dan agama. Tidak dibenarkan menggunakan dalih meraih kepuasan untuk melakukan praktik-praktik seks menyimpang, seperti sodomi (liwath) yang secara medis telah terbukti berbahaya. Atau penggunaan kekerasaan dalam aktivitas seks (mashokisme), baik secara fisik maupun mental, yang belakangan kerap terjadi.
Maka, sesuai dengan kaidah ushul fiqih “ma la yatimmul wajibu illa bihi fahuwa wajibun” (sesuatu yang menjadi syarat kesempurnaan perkara wajib, hukumnya juga wajib), mengenal dan mempelajari unsur-unsur yang bisa mengantarkan jima’ kepada faragh juga hukumnya wajib.
Bagi kaum laki-laki, tanda tercapainya faragh sangat jelas yakni ketika jima’ sudah mencapai fase ejakulasi atau keluar mani. Namun tidak demikian halnya dengan kaum hawa’ yang kebanyakan bertipe “terlambat panas”, atau –bahkan— tidak mudah panas. Untuk itulah diperlukan berbagai strategi mempercepatnya.
Foreplay: Ciuman
Salah satu unsur terpenting dari strategi pencapaian faragh adalah pendahuluan atau pemanasan yang dalam bahasa asing disebut foreplay (isti’adah). Pemanasan yang cukup dan akurat, menurut para pakar seksologi, akan mempercepat wanita mencapai faragh.
Karena dianggap amat penting, pemanasan sebelum berjima’ juga diperintahkan Rasulullah SAW. Beliau bersabda,
“Janganlah salah seorang di antara kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu.” (HR. At-Tirmidzi).
Ciuman dalam hadits diatas tentu saja dalam makna yang sebenarnya. Bahkan, Rasulullah SAW, diceritakan dalam Sunan Abu Dawud, mencium bibir Aisyah dan mengulum lidahnya. Dua hadits tersebut sekaligus mendudukan ciuman antar suami istri sebagai sebuah kesunahan sebelum berjima’.
Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, “Mengapa engkau tidak menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? …yang dapat saling mengigit bibir denganmu.” HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim (II:1087).
Bau Mulut
Karena itu, pasangan suami istri hendaknya sangat memperhatikan segala unsur yang menyempurnakan fase ciuman. Baik dengan menguasai tehnik dan trik berciuman yang baik, maupun kebersihan dan kesehatan organ tubuh yang akan dipakai berciuman. Karena bisa jadi, bukannya menaikkan suhu jima’, bau mulut yang tidak segar justru akan menurunkan semangat dan hasrat pasangan.
Sedangkan rayuan yang dimaksud di atas adalah semua ucapan yang dapat memikat pasangan, menambah kemesraan dan merangsang gairah berjima’. Dalam istilah fiqih kalimat-kalimat rayuan yang merangsang disebut rafats, yang tentu saja haram diucapkan kepada selain istrinya.
Sentuhan
Selain ciuman dan rayuan, unsur penting lain dalam pemanasan adalah sentuhan mesra. Bagi pasangan suami istri, seluruh bagian tubuh adalah obyek yang halal untuk disentuh, termasuk kemaluan. Terlebih jika dimaksudkan sebagai penyemangat jima’. Demikian Ibnu Taymiyyah berpendapat.
Syaikh Nashirudin Al-Albani, mengutip perkataan Ibnu Urwah Al-Hanbali dalam kitabnya yang masih berbentuk manuskrip, Al-Kawakbu Ad-Durari,
“Diperbolehkan bagi suami istri untuk melihat dan meraba seluruh lekuk tubuh pasangannya, termasuk kemaluan. Karena kemaluan merupakan bagian tubuh yang boleh dinikmati dalam bercumbu, tentu boleh pula dilihat dan diraba. Diambil dari pandangan Imam Malik dan ulama lainnya.”
Berkat kebesaran Allah, setiap bagian tubuh manusia memiliki kepekaan dan rasa yang berbeda saat disentuh atau dipandangi. Maka, untuk menambah kualitas jima’, suami istri diperbolehkan pula menanggalkan seluruh pakaiannya. Dari Aisyah RA, ia menceritakan, “Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalm satu bejana…” (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk mendapatkan hasil sentuhan yang optimal, seyogyanya suami istri mengetahui dengan baik titik-titik yang mudah membangkitkan gairah pasangan masing-masing. Maka diperlukan sebuah komunikasi terbuka dan santai antara pasangan suami istri, untuk menemukan titik-titik tersebut, agar menghasilkan efek yang maksimal saat berjima’.
Mendesah
Diperbolehkan bagi pasangan suami istri yang tengah berjima’ untuk mendesah. Karena desahan adalah bagian dari meningkatkan gairah. Imam As-Suyuthi meriwayatkan, ada seorang qadhi yang menggauli istrinya. Tiba-tiba sang istri meliuk dan mendesah. Sang qadhi pun menegurnya. Namun tatkala keesokan harinya sang qadhi mendatangi istrinya ia justru berkata, “Lakukan seperti yang kemarin.”
Satu hal lagi yang menambah kenikmatan dalam hubungan intim suami istri, yaitu posisi bersetubuh. Kebetulan Islam sendiri memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada pemeluknya untuk mencoba berbagai variasi posisi dalam berhubungan seks. Satu-satunya ketentuan yang diatur syariat hanyalah, semua posisi seks itu tetap dilakukan pada satu jalan, yaitu farji. Bukan yang lainnya.
Allah SWT berfirman, “Istri-istrimu adalah tempat bercocok tanammu, datangilah ia dari arah manapun yang kalian kehendaki.” QS. Al-Baqarah (2:223).
Posisi Ijba’, DoggyStyle
Menurut ahli tafsir, ayat ini turun sehubungan dengan kejadian di Madinah. Suatu ketika beberapa wanita Madinah yang menikah dengan kaum muhajirin mengadu kepada Rasulullah SAW, karena suami-suami mereka ingin melakukan hubungan seks dalam posisi ijba’ atau tajbiyah.
Ijba adalah posisi seks dimana lelaki mendatangi farji perempuan dari arah belakang. Yang menjadi persoalan, para wanita Madinah itu pernah mendengar perempuan-perempuan Yahudi mengatakan, barangsiapa yang berjima’ dengan cara ijba’ maka anaknya kelak akan bermata juling. Lalu turunlah ayat tersebut.
Terkait dengan ayat 233 Surah Al-Baqarah itu Imam Nawawi menjelaskan, “Ayat tersebut menunjukan diperbolehkannya menyetubuhi wanita dari depan atau belakang, dengan cara menindih atau bertelungkup. Adapun menyetubuhi melalui dubur tidak diperbolehkan, karena itu bukan lokasi bercocok tanam.” Bercocok tanam yang dimaksud adalah berketurunan.
Muhammad Syamsul Haqqil Azhim Abadi dalam ‘Aunul Ma’bud menambahkan, “Kata ladang (hartsun) yang disebut dalam Al-Quran menunjukkan, wanita boleh digauli dengan cara apa pun: berbaring, berdiri atau duduk, dan menghadap atau membelakangi..”
Demikianlah, Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin, lagi-lagi terbukti memiliki ajaran yang sangat lengkap dan seksama dalam membimbing umatnya mengarungi samudera kehidupan. Semua sisi dan potensi kehidupan dikupas tuntas serta diberi tuntunan yang detail, agar umatnya bisa tetap bersyariat seraya menjalani fitrah kemanusiannya. (Sumber: Sutra Ungu, Panduan Berhubungan Intim Dalam Perspektif Islam, karya Abu Umar Baasyir).*